![]() |
Sumber: kompas.com |
Austronesia merupakan terminologi yang mengacu pada bahasa, namun dalam perkembangannya juga mengacu kepada manusia pendukung dan budayanya. Dasar dijadikannya Taiwan sebagai Proto Austronesia adalah dengan didasarkan atas bukti arkeologis yang agak terbatas dan pemukiman Austronesia yang paling awal di sini bertarikh antara 4000 dan 3000 BC. Selain itu tembikar sebagai benda budaya, kosakatanya ditemukan pada Melayu-Polinesia awal di Taiwan sekitar kurun waktu tersebut. Artinya ciri budaya dan bahasa ini telah ada di Taiwan 1000 tahun sebelum muncul di pulau- dengan migaris yang cukup cepat di Kalimantan dan Sulawesi menjelang 2000 BC (Bellwood 2000,161-174). Secara umum awal budaya Austronesia telah menyebar ke wilayah Indonesia berkisar 4000-3500 BP. pentarikhan 4000 itu di indikasikan dari temuan budaya Austronesia di situs Loyang Ujung Karang, Aceh Tengah dan pentarikhan 3500 didasarkan atas pentarikhan di situs Minanga Sipakko, Sulawesi Barat.
Arkeologi
mengkaitkan budaya Austronesia dengan pembabakan budaya Neolitik. Sehingga
berbagai hasil budaya Neolitik tersebut dijadikan dasar bagi migrasi kelompok
pengusung budaya Austronesia. Adapun tinggalan budaya yang kerap dijadikan
dasar keberadaan budaya Austronesia diantaranya adalah kapak batu yang telah
diupam (beliung persegi dan lonjong), pertanian, domestikasi hewan (anjing,
babi), rumah panggung dan tembikar. Selain itu pada pembabakan selanjutnya
dicirikan dengan adanya penggunaan logam (besi dan perunggu).
Keberadaan
Austronesia di pesisir timur Pulau Sumatera bagian utara melalui lapisan
bagiaan atas situs bukit kerang/kitchen midden. Situs dimaksud tersebar dari
provinsi Kepulaua Riau hingga di ujung barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
(Banda Aceh). Namun secara umum situs dimaksud merupakan bukti keberadaan
budaya Hoabinh. Keberadaan pendukung budaya itu juga ditemukan di wilayah
daratan tinggi. Indikasi tersebut nampak jelas dari sevbaran situs di DAS
Wampu, Langkat, Sumatera Utara dan hasil serangkaian penelitian yang telah
dilakukan di situs Loyang Mendale, Aceh Tengah. Budaya Hoabinh yang dominan
pada situs bukit kerang tesebut sangat penting artinya dalam konteks proses
budaya maupun dalam konteks migrasinya. Keberadaan situs bukit kerang yang kerap
diakhiri dengan keberadaan fragmen tembikar menjadi lebih penting lagi. Hal
tersebut mengingat tembikar merupakan salah satu penanda dari budaya yang lebih
muda yang dibawa oleh pengusung Austronesia. Tentu keberadaan budaya Hoabinh
yang sama di satu situs dengan budaya Austronesia menjadi bahan kajian yang
sangat menarik.
Dikutip
Dari Latar Belakang Buku “Austronesia di Indonesia Bagian Barat:
Kajian Budaya Austronesia Prasejarah dan Sesudahnya Di Wilayah Budaya Gayo”.
Agar
Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring (offline)
pdf pada link di bawah ini.
0 komentar:
Posting Komentar