 |
Sumber gambar: crcs.ugm.ac.id
|
MBN
(Majma’ Buhuts an-Nahdliyyah) telah banyak sekali melakukan kegiatan
silaturrahim dan kajian-kajian sosial yang bersifat aktual dengan berbagai
macam bentuk forum di berbagai kabupaten dan Alhamdulillah hasilnya cukup
memuaskan. Memuaskan karena telah dapat menginspirasi Ittihadul Afham tentang
dakwah dan ke-Indonesiaan. Alhamdulillah MBN juga telah banyak melakukan
silaturrohmi lintas batas baik lintas budaya, politik, ekonomi dan
lain-lain. Hasil-hasil pertemuan ini, telah dan Insya Allah akan
disebarluaskan oleh MBN baik kepada warga NU maupun Pemerintah.
Selanjutnya
kita dapat simak bersama bahwa awal misi Rasulullah dalam perkembangan dan
pengembangan kehidupan manusia didapatkan melalui wahyu pertama yang unik yaitu
اقراء dimana kalau kita perhatikan disitu ada
perintah membaca tapi tidak ada objek yang harus dibaca (inilah keunikannya).
Namun demikian secara umum bahwa aspek keilmuan dan amal kemanusiaan tidak
melulu bersandar pada keunikan itu sendiri, terbukti Al-Qur’an memberikan
motivasi untuk selalu mengembangkan ilmu pengetahuan, ini dapat kita lihat
lewat perintah maupun pernyataan yang
memancing kita untuk selalu mengadakan dialog misalnya dengan ungkapan apakah
kamu tidak berpikir? Apakah kamu tidak melihat? Wahai orang-orang yang berakal
dan sebagainya.
Ad-Diin sendiri
dalam terjemahannya adalah
وضع الهي سائق لذوي العقول السليمة الى ما هو
خير لهم فى دنياهم واخرتهم
“Ketentuan
Ilahi yang mendorong siapa saja yang berakal sehat ke arah yang lebih baik
dalam kehidupan dunia dan akhirat”.
Pengertian
ini merupakan kontribusi keilmuan dan dorongan yang menumbuhkan pemahaman
bahwa apa saja yang kita ker jakan yang mempunyai tujuan menuju kehidupan yang
lebih baik dunia akhirat maka secara langsung maupun tidak langsung menjadi
bagian integral dari pengamalan ajaran Islam itu sendiri secara otomatis. Maka
apa yang MBN lakukan sekarang ini bersama-sama dengan para aktifis NU dari
berbagai kalangan termasuk juga pengamalan ajaran Islam, Insya Allah.
Nahdlatul
Ulama sendiri sebagai sebuah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan berkembang
dan tumbuh dari konsep dan misi li
utammima makaarimal akhlak dan tafaqquh fid diin. Kedua konsep inilah yang
menjadi ruh pendidikan pesantren selama berabad-abad. Nahdlatul Ulama lalu menjahit
jama ah pesantren ini menjadi sebuah Jam’iyyah. Adalah kurang tepat apabila
kedua konsep ini lalu diterjemahkan sebagai hanya memplejari hal-hal yang
dianggap sebagai perwujudan murni agama sebab jika kita tarik ke pengertian الدين maka kita sebenarnya tidak mengenal
istilah Agama dan Umum yang dikotomis. Ini merupakan politik Belanda yang menargetkan
isolasi pesantren agar jauh dari pengertian kehidupan nyata.
Jika
Nahdlatul Ulama dan pesantren berbicara dalam kehidupan nyata sekarang ini,
maka mau tidak mau Nahdlatul Ulama dan pesantren harus mempunyai kemampuan mengkombinasikan
sistem pengelolaan kemasyarakatannya. Dengan demikian pendidikan yang dilakukan
untuk dan kepada masyarakat memiliki kemampuan memadupadankan antara yang salaf
dan kholaf. Perpaduan konsep dan sistem ini sangat menguntungkan tetapi kita
harus mampu melakukan dan memenuhinya dengan penuh, jangan setengah-setengah.
Kita tidak boleh latah hanya sekedar ikut-ikutan saja dengan mengorbankan asas,
tetapi kita harus persiapkan serius perangkat pendidikan masyarakat itu, antara
lain sistem pendidikan, kurikulum, sarana prasarana, pendidik dan tenaga
kependidikan, dan tentu saja biaya.
Ada
perbedaan antara pesantren dan Nahdlatul Ulama dengan lembaga lainnya, yaitu
bahwa NU dan pesantren sangat menekankan aspek afektif dalam mendidik
masyarakat, dengan demikian hal ini mampu mengembangkan pendidikan dan gerak
organisasi sebagai perangkat psiko-motorik. Jangan heran jika para santri
dan anggota-anggota Nahdlatul Ulama di masa lalu mampu menempatkan Islam ala
ahlis sunnah wal jamaah sebagai pemandu aktivitas.
Mari
kita kembali pada sejarah, Nahdlatul Ulama dan pesan tren selama sekian puluh
tahun lalu, benar-benar dapat menjawab tantangan zaman, dengan munculnya para
Kyai dan tokoh-tokoh yang luar biasa. Kenapa? Konon ini karena muassis dan
tokoh-tokohnya terdidik dan terlatih menjadi santri dan kader yang KHOLISON
MUHLISON LIWAJ HILLAH. Sekarang ini apakah pesantren dan Nahdlatul Ulama
masih juga bertujuan menjadikan masyarakat Tafaqquh Fiddin? Masihkah para
aktifisnya di berbagai tingkatan dan kalangan menjaga dan menjadi contoh
akhlakul karimah?
Memang
para sesepuh kita dalam mengajarkan materi keilmuan kepada santri dan
masyarakat tidaklah menggunakan apa yang disebut kurikulum atau membuat sarana
prasana yang cukup memadahi, akan tetapi kekuatan Kiyai dalam memegang prinsip,
mempertahankan tujuan atau asas berdirinya pesantren dan Nahdlatul Ulama sangat
kuat sekali, sehingga meski ada peraturan atau pandangan sinis terhadap sistem
pendidikan pesantren maupun Nahdlatul Ulama, Kyai dan masyarakat
pendukungnya tidak goyah sama sekali.
Hal
ini yang membuat Nahdlatul Ulama dan pesantren selama bertahun-tahun menjadi
jangkar yang menjaga agar kapal besar bernama Bangsa Indonesia tetap kokoh
ketika diamuk badai. Menjadi haluan yang menjaga arah dan tujuan kapal besar
ini saat semua komponen dan badan kapal berderakderak maju dibawa angin jaman.
Ini adalah kekayaan NU yang luar biasa yang harus kita pertahankan.
MBN mengajak
dan mengingatkan kepada masyarakat utamanya dari pesantren maupun
aktifis-aktifis Nahdlatul Ulama untuk berpikir bersama dalam menata umat agar
jauh dari kesesatan. Hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga dan menata akhlak
bangsa dalam rangka menjaga dan memperbaiki Indonesia.
Bersama-sama
kita bisa melihat kembali, mengenali lebih dekat lalu menjadikannya pelajaran
ialah: bagaimana cara para Walisongo dan pendahulu-pendahulu kita melakukan
dakwahnya yang sangat santun dan tidak menyakiti fihak lain.
Dakwah yang mungkin secara pelan-pelan tetapi nyata dan berhasil. Kita bisa
meniru jejak mereka dan membantu merubah Indonesia menjadi lebih baik.
Syukur-syukur kita, NU, bisa menjadi garda depan perubahan ini.
Dikutip
dari A. Muadz Thohir, Majma’ Buhuts an-Nahdliyyah dalam Khittah dan
Khidmah NU.
Agar Pembaca dapat
mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring (offline)
pdf pada link di bawah ini.
Khittah dan Khidmah
NU pdf