![]() |
Sumber gambar: ganaislamika.com |
Peradaban
Islam di Andalusia (Perspektif Sosial Budaya). Dari sisi ilmu pengetahuan,
tidak hanya dari kalangan muslim sendiri, orang-orang baratpun telah mengakui,
bahwa sebagian besar dasar-dasar ilmu pengetahuan di lahirkan oleh para ilmuwan
muslim. Begitu pula dengan masa kebangkitan Eropa yang tidak lepas dari
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, di mana para
pelajar-pelajar dari Eropa telah dikirim ke Baghdad dan Cordova untuk menggali
ilmu pengetahuan di sana. Di bidang-bidang ilmu keIslaman, perkembangan sastra
dan bahasa Arab secara meluas terjadi pada masa Umayyah. Selain itu lahir pula
Ulama-ulama besar. Oleh karena itu, meneliti kembali sejarah Bani Umayyah
menjadi penting adanya, sebab peradaban masa kini merupakan bagian dari rantai
sejarah yang tidak putus dan dengan meneliti dan memahami sejarah peradaban
Islam pada masa Bani Umayyah II di Andalusia kita akan dapat memetakan rentetan
sejarah peradaban Islam yang merupakan bagian dari rantai evolusi hingga masa
kini.
Pendahuluan
Islam
pada periode klasik, di zamaan keemasannya, dapat melebarkan ekspansinya sampai
ke daerah yang paling jauh di sebelah barat, yaitu ke wilayah Andalusia, yang
sekarang dinamakan Spanyol. Perkembangan Islam di Spanyol sedemikian rupa
sehingga kebudayaan Islam Spanyol setingkat dengan di dunia Islam bagian
Timur. Ibu kota Islam Spanyol adalah
Cordova, tempat kedudukan khalifah, kota megah yang agaknya lebih mengagumkan
dari pada Bagdad. Islam Spanyol hidup aman sentosa berabad-abad lamanya. Ia
membatasi daerah Nasrani di pegunungan sebelah utara negeri itu. Tetapi ketika tenaga bangsa Arab mulai lemah,
orang Nasrani mendesak orang Islaam ke arah selatan. Dalam pertempuran Las
Navas de Tolosa pada tahun 1213 M. hancurlah Islam Spanyol. Sesudah itu tidak
merupakan persoalan lagi bagi orang Nasrani yang tengah dalam kemenangan itu
untuk merebut kedudukan-kedudukan Islam Spanyol lainnya.
Masuknya Islam ke Andalusia
Sebenarnya
semenjak abad 1 H, tentara Islam sudah mendarat di sana atas undangan dan
permintaan dari Count Julian, Gubernur Spanyol di Ceuta, untuk menghalau
panglima Roderick (Rodrigo) yang merampas kekuasaan dari tangan Raja Gouthia
yang bernama Vitiza pada tahun 710 M2. pada waktu itu Islam dalam kekuasaan
Dinasti Umayyah, yakni khalifah keenam, Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik
(Al-Walid I) tahun 86 H/705 M. kesempatan permintaan itu tidak disia-siakan dan
diamajukan kepada Gubernur Islam di
Afrika Utara, yakni Musa bin Nushair, demi menentang kezaliman dan membantu
keadilan. Gubernur Musa memperkenankan perminataan itu dengan mengirimkan
tentara Islam di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad untuk mengadakan penyerangan
ke Andalusia.
Thariq
kemudian menyeberang Selat yang terdapat antara Maroko dengan benua Eropa dan
mendarat disuatu tempat yang kemudian dikenal dengan namanya Gibraltar (Jabal
Thariq). Pasukan Thariq bin Ziyad berhasil
mengalahkan Raja Roderick. Kemenangan inipun menjadi modal baginya untuk
menaklukkan kota-kota lainnya, seperti Cordova, Archedonia, Malaga, Elvira dan
akhirnya Toledo, yakni pusat kerajaan Visigoth.
Sementara
daulah Bani Umayyah di Damaskus sedang terjadi kekacauan politik, yakni Bani
Umayyah dikejar-kejar dan disapu bersih oleh Bani Abbas, ada seorang di antara
mereka yang dapat mealarikan diri dari bawah kematian, yaitu Abdurahman
ad-Dakhil (yang masuk, sebab dia masuk ke Andalusia Dan dia ditemani ajudannya
bernama Baddar.6 Ketika itu ke-amir-an di Andalusia berada di tangan Yusuf bin
Abdurahman Al-Fihr (129 H/746 M – 138 H/756 M) dari Bani Muzar.
Abdurahman
bin Mu’awiyah mendapat tantangan dari penguasa Andalusia. Namun akhirnya
berhasil mengambil alih kekuasaan, karena di Andalusia saat itu sedang ada
perselisihan di antara kabila-kabila, khusunya masalah intern kabilah Arab dari
Qais dan Yaman yang tidak setuju terhadap kepemimpinan Yusuf bin Abdurrahman
Al-Fihr. Semenatara itu pula Abdurrahman bin Mu’awiyah juga mendapat dukungan
dari warga Ummayyah yang telah tinggal di Addalusia, di samping dukungan dari
suku Yaman yang sedang bertikai dengan yusuf bin Abdurrahman Al-Fihr.
Adapun
ibu kota Andalusia adalah Cordova yang menjadi saingan setaraf bagi Bagdad
sebagai pusat peradaban Islam. Cordova di Barat dan Bagdad di Timur. Selama
Islam berada di Andalusia, yakni ± 7,5 abad, Islam telah memainkan peranan yang
sangat besar dan dapat membuat sejarah panjang yang dilalui umat Islam di
Andalusia sebagai yang paling mengesankan. Pemerintah Amawiyah merupakan inti
dan jantungnya yang telah menghayati dan menghidupkan kebudayaan dan peradaban
besar. Pada umumnya ahli sejarah membagi zaman yang panjang itu dalam 6 periode
yang akan diulas dalam bahasan selanjutnya.
Dikutip
Jurnal IAIN Bengkulu.
Agar
Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring
(offline) pdf pada link di bawah ini.
0 komentar:
Posting Komentar