![]() |
Sumber gambar: kalderanews.com |
Sumber sejarah
memiliki peran sentral dalam penelitian sejarah. Ketiadaan sumber membuat
peneliti sejarah tidak dapat menulis banyak. Tepatlah jika dikatakan “pas
document pas d’histoire, no document no history”, begitulah, tanpa dokumen,
tidak ada sejarah. Kesulitan yang kerap kali dihadapi para peneliti sejarah
biasanya pada tahap heuristik atau pengumpulan sumber. Kesulitan dalam
memetakan keberadaan sumber menjadi salah satu kesulitan yang kerap kali
dihadapi oleh peneliti sejarah termasuk historiografi Pendidikan di Indonesia
tak terlepas dari peran Ki Hadjar Dewantara.
Ada hubungan yang
begitu rapat antara pendidikan dan kemerdekaan dalam pemikiran Ki Hadjar
Dewantara. Pada Kongres Permufakatan Persatuan Pergerakan Kebangsaan Indonesia
pertama, tanggal 31 Agustus 1928, Ki Hadjar tampil menyampaikan prasaran yang
menguraikan permasalahan tersebut. Ia berangkat dari asumsi sederhana bahwa
“segala daya upaya untuk menjunjung derajat bangsa tak akan berhasil, kalau
tidak dimulai dari bawah”. Dalam kerangka membayangkan pergerakan kebangsaan
yang muncul dari bawah itulah Ki Hadjar menempatkan posisi penting pendidikan. Tujuan
dari segala upaya pendidikan adalah untuk “memerdekakan manusia sebagai
anggauta dari persatuan (rakyat)”.
Apa artinya merdeka?
Bagi Ki Hadjar, kemerdekaan mesti mengandung tiga aspek pokok: berdiri sendiri
(zelfstandig), tidak tergantung kepada orang lain (onafhankelijk)
dan dapat mengatur dirinya sendiri (vrijheid, zelfbeschikking). Dari
pengertian ini nampak jelas bahwa kemerdekaan bukan hanya kebebasan dari
paksaan pihak lain, tetapi yang terpenting ialah kemandirian untuk mengambil
sikap sendiri.
Dalam karangannya di
majalah Wasita tahun 1947, Ki Hadjar menganggap kemandirian itu jauh lebih
penting daripada sekadar kebebasan. Ia katakan: “Sifat mandiri inilah sifat
yang pokok, syarat yang mutlak, bagi tiap-tiap kemerdekaan. Bebas dari paksaan
atau perintah orang lain, tak akan dapat langgeng atau abadi, kalau tidak
berdasar atas kekuatan untuk berdiri sendiri.” Kemandirian lebih penting dari
kebebasan karena kebebasan dapat saja diperoleh lewat pemberian, dan apa yang
dapat diperoleh lewat pemberian dapat pula ditarik kembali oleh sang pemberi.
Sedangkan kemandirian hanya dapat diperoleh dengan daya upaya sendiri dan oleh karenanya
menjadi dasar yang kuat untuk mewujudkan kebebasan yang langgeng, tidak
tergantung pemberian pihak lain.
Bagaimana cara kerja
kemandirian? Ki Hadjar menerangkannya melalui konsep yang disebutnya “Trisakti
jiwa” atau tiga daya (shakti) yang terdapat dalam jiwa manusia. Dalam diri
setiap orang, menurutnya terdapat tiga prinsip yang membuahkan tindakan, yakni
pikiran, perasaan dan kehendak (cipta, rasa lan karsa). Pendidikan bertugas
mengolah ketiganya menjadi satu kesatuan yang selaras. Budi pekerti, bagi Ki
Hadjar, tak lain daripada “bersatunya gerak fikiran, perasaan dan kehendak atau
kemauan, yang lalu menimbulkan tenaga”. Ketiga daya dalam jiwa manusia mesti
dibuat sinkron dan searah agar dapat menimbulkan tenaga yang terejawantah dalam
perbuatan dan perilaku sehari-hari. Konsolidasi ketiganya sampai dengan
memunculkan tenaga untuk berbuat itulah yang melandasi kemandirian. Dengan cara
itu, seorang manusia dapat menentukan sikapnya sendiri tanpa perintah orang
lain. Inilah yang dimaksud dengan “manusia merdeka” atau yang disebut Ki Hadjar
sebagai “manusia yang berpribadi”, punya kepribadian sendiri.
Keterkaitan erat
antara visi pendidikan dan kemerdekaan Ki Hadjar Dewantara telah banyak menjadi
sumber kajian dan penelitian para sejarawan dan pemerhati masalah-masalah
kebangsaan. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan buku Indeks
Beranotasi Karya Ki Hadjar Dewantara ini. Himpunan indeks karya Ki Hadjar
Dewantara yang dilengkapi dengan catatan ini penting sebagai pintu gerbang bagi
masyarakat yang ingin mengkaji lebih jauh pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang
tertuang dalam karya-karyanya.
Dikutip dari buku Indeks
Beranotasi Karya Ki Hadjar Dewantara.
Agar
Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring
(offline) pdf pada link di bawah ini.
0 komentar:
Posting Komentar