![]() |
Sumber gambar: nationalgeographic.grid.id |
Pandemi
corona mengubah banyak hal dalam kehidupan manusia termasuk dalam praktik
agama. Sebagaimana anjuran pemerintah dan ahli kesehatan untuk menghindari
kerumunan, shalat Jumat pun salah satu ibadah yang mesti kita hindari karena
melibatkan manusia dalam jumlah yang banyak. Pemuka-pemuka agama berbeda
pendapat dalam menanggapinya.
Belakangan
ramai anggapan, bahwa virus corona adalah wabah penyakit yang diturunkan Allah
untuk menghukum manusia. Quraish Shihab tak sependapat dengan anggapan
tersebut. Menurutnya, wabah corona ini merupakan ujian dari Allah yang dapat
mengenai semua orang, termasuk orang-orang baik dan orang yang tidak berdosa.
Sesuai
hadis nabi, orang yang berpulang karena wabah ini mendapatkan ganjaran serupa
dengan ganjaran orang-orang yang meninggal di medan perang. "Tentu saja,
syahidnya tidak sama dengan mereka yang gugur dalam peperangan membela
kebenaran," Kata Quraish Shihab.
Beragama
khususnya Islam, menurut Quraish Shihab, harus taktis dan punya konsep atau
kehendak kuat untuk memikirkan segala sesuatu secara optimistis. Kemampuan akal
yang diberikan Tuhan selaiknya dipakai untuk melihat fenomena alam secara
jernih dan rasional. Tidak memandang suatu penyakit dan agama dengan pikiran
matematis, simplistik, dan free will.
Beragama
disarankan, tentu saja kembali kepada panduan kalam Tuhan. Tapi beragama secara
fatalis tak lebih dari ketidakmampuan ilmu dan berpikir, bahkan tak menghargai
ilmu pengetahuan yang diberikan Tuhan. Alih-alih mencerahkan umat, bahkan ia
menyesatkan dan mendegradasi kemahakuasaan Tuhan.
Dengan
membandingkan virus korona dengan Tuhan, menurut Shihab, seseorang sudah
menempatkan sejajar virus korona dengan Sang Pencipta. Selain itu, mereka bisa
menyesatkan dan membahayakan banyak orang. Juga membuat ajaran agama jadi
dangkal, lemah dan pesimistis, serta belas kasih Tuhan kian direduksi, makin
sempit.
Dalam
konteks kedaruratan global ini, kepongahan dan kegagapan teologis harus
dihentikan. Umat beragama mesti menyadari makna penting fatwa larangan tanpa
melanggar syariat dari otoritas keagamaan, termasuk negara. Seperti larangan
penangguhan tarawih, haji, dan salat Jumat di masjid yang hari ini masih
dilakukan banyak tempat.
Kebijakan
social distancing, physical distancing, work from home, larangan
mudik atau isolasi diri dalam berbagai bentuk rupa dimaksudkan untuk mencegah
diseminasi virus korona yang lebih dahsyat. Bukan sedang ingin menurunkan
derajat kesalehan umat beragama, melainkan menjaga kemaslahatan bersama.
Quraish
Shihab dalam buku ini menegaskan bahwa penangguhan ibadah keagamaan, apalagi
sunnah di musim penyakit, atau melakukannya di tempat lain, dibolehkan asalkan
tidak melanggar syariat. Dan itu senapas dengan yang telah diajarkan dan
diamalkan oleh Rasulullah saw atas perintah Tuhan (Q.S. al-Muzammil).
Menjaga
kesehatan dan memelihara kelangsungan hidup lebih diutamakan ketimbang
beribadah yang berpotensi menularkan penyakit yang menyebabkan kematian. Beribadah
(puasa) di tengah wabah sesungguhnya merupakan latihan penempaan integritas,
kepaduan pribadi, yang kaffah dan tauhidi. Ini adalah salah satu aglomerasi
sentral untuk memparipurnakan rohani, baik di tingkat pribadi maupun publik.
Beribadah
untuk mencapai derajat iman-takwa hanya bisa dicapai dengan mengalahkan hawa
nafsu angkara murka dan kemudian mengaktualisasi sikap asketisme, yaitu
menciptakan hawa nafsu yang tenang dan damai (al-nafs al-muthmainnah). Sikap
asketisme selalu berbuat baik kepada diri sendiri, lingkungan, umat dan
negara-bangsanya dengan rida Tuhan (Q.S. al-Fajr: 27-28).
Jika
beribadah, termasuk puasa, dilakukan dengan cara-cara santun demikian, apalagi
dalam menghadapi masalah kemanusiaan seperti pandemi ini, dengan komitmen dan
konsistensi sepanjang tahun, Insya Allah pribadi, masyarakat dan bangsa kita
dapat meningkatkan kualitas keislaman, keimanan, keindonesiaan dan
kemanusiaannya.
Dikutip
dari koran.tempo.co.
Agar
Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring
(offline) pdf pada link di bawah ini.
0 komentar:
Posting Komentar