![]() |
Sumber gambar: taufiq.net |
Wahabi
atau wahhabiyyah adalah sebuah sebutan untuk para pendukung paham Muhammad bin
Abdul Wahhab. Walaupun mereka menolak penisbatan wahabi/wahabiyyah ini atas
gerakan kelompok mereka, namun para tokoh dan ulama mereka sendiri mengakui dan
membanggakan penyebutan wahhabi /wahabiyyah terhadap kelompok pembela paham
Muhammad bin Abdul Wahhab ini sebagaimana diterangkan dalam buku ini.
Sekte
Wahhabi ini sejak awal kemunculannya hingga saat ini selalu terjadi bentrok
dengan mayoritas kaum muslimin lainnya, disebabkan paham-paham yang mereka bawa
banyak berseberangan dengan paham mayoritas kaum muslimin yang sejak dulu
berpaham Ahlus sunnah wal-Jama’ah. Sekte wahhabi ini selalu berteriak
lantang mengajak kaum muslimin untuk kembali pada tauhid yang murni versi
mereka dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan dan kekafiran, karena menurut
mereka sejak masa Muhammad bin Abdul Wahhab bahkan sebelum kelahirannya hingga
saat ini, pada umumnya kaum muslimin telah banyak melakukan perbuatan
jahiliyyah, syirik dan kufur yang menyebabkan keluar dari Islam seperti
melakukan praktek tawassul dengan nabi atau orang shaleh yang telah wafat. Dan
tidak sedikit perkara furu’ ijtihadiy (masalah cabang yang yang masih
diperselisihkan ulama) mereka jadikan perkara ushul (pokok) yang jika
bertentangan dinilainya bid’ah, musyrik atau kafir sehingga sering kali lisan
mereka, kitab-kitab, buku-buku, situs, majalah, bulletin, radio, televisi dan
media lainnya tidak sepi dari vonis-vonis syirik, kafir atau bid’ah bagi yang bersebrangan
dengan akidah dan kaidah mereka.
Bahkan
banyak sekali perkara furu’ yang terjadi saling vonis bid’ah sesama
kelompok mereka sendiri, misalnya Ibnu Utsaimin menilai perkara meletakkan
kedua tangan di dada setelah ruku’ adalah sunnah, namun Albani menilainya itu bid’ah
dhalalah. Ketika kita sodorkan fakta ini pada mereka, maka mereka mungkin
akan menjawab “ Ulama kami berijtihad, jika benar maka mendapat dua pahala dan
jika salah, maka mendapat satu pahala “, lantas apa bedanya dengan para ulama
besar yang berbeda pendapat dalam masalah semisal maulid, talqin, membaca Quran
di kuburan dan lainnya?? Ya, mungkin prinsip mereka adalah jika ulama mereka
saling berselisih, maka mereka menilainya itu ijtihad bukan bid’ah tetapi jika
ulama di luar kelompok mereka berselisih, maka mereka menilainya bid’ah atau
sesat. Misal lainnya : Ibnu Baaz dan Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa menggunakan
tasbih ketika berdzikir bukanlah bid’ah, sedangkan Albani, Ibnu al-Fauzan dan
Bakar Abu Zaid mengatakannya bid’ah dhalalah bahkan hal itu menyerupai dengan
orang-orang kafir. Fa subhanallah Muqassimil ‘uquul.
Slogan
yang mereka dengungkan di tengah-tengah kaum muslimin memang terdengar bagus
dan indah di telinga seperti “ Kembali kepada Alquran dan Sunnah “, “ Tidak ada
tempat meminta kecuali hanya kepada Allah”, “Tidak ada pertolongan kecuali dari
Allah“, sehingga tidak sedikit kaum muslimin yang terpengaruh oleh paham
mereka. Namun slogan-slogan yang mereka dengungkan realitanya tidaklah sesuai
dengan ajaran Ahlus sunnah wal Jama’ah meskipun mereka mengakui sebagai
Ahlus sunnah waljama’ah satusatunya, slogan-slogan itu tidaklah jauh berbeda
dengan apa yang telah disindir oleh sayyidina Ali R.A. “Kalimaatu haqqin
uriida bihaal baathil “, “ Kalimat haq tapi yang dimaksud adalah kebatilan.
Dakwah
mereka bukan membawa kedamaian dan persatuan umat Islam justru malah membawa
perpecahan dan permusuhan di antara kaum muslimin sendiri, sehingga terjadi
konflik tajam yang berkepanjangan seakan tak akan pernah ada habisnya. Inilah
fitnah terbesar dalam agama yang jauh-jauh hari telah dinformasikan oleh Nabi saw.
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِسْتَقْبَلَ مَطْلَعَ
الشَّمْسِ فَقَالَ مِنْ هَاهُنَا يَطْلَعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ وَهَاهُنَا الْفِتَنُ
وَالزَّلَازِلُ وَالْفَدَّادُوْنَ وَغِلَظُ الْقُلُوْبِ.
Dari
Ibnu Umar bahwa Nabi saw. menghadap ke arah matahari terbit seraya bersabda
“Dari sini muncul tanduk setan, dari sini muncul fitnah dan kegoncangan dan
orang-orang yang bersuara keras dan berhati kasar “. [HR. Thabrani, Mu’jam
Al Awsath 8/74 no 8003].
Dalam
hadits lainnya Nabi bersabda:
سَيَخْرُجُ
فِيْ آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الْأَسْنَانِ سٌفَهَاءُ الْأَحْلاَمِ يَقُوْلٌوْنَ
قَوْلَ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَؤُوْنَ الْقُرْأَنَ لاَيُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ
يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرًّمِيَّةِ، فَإِذَا
لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ، فَإِنَّ قَتَلَهُمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ
عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda, berucap dengan ucapan
sebaik-baik manusia (Hadits Nabi), membaca Al-Quran tetapi tidak melewati
kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam sebagaimana anak panah
meluncur dari busurnya, maka jika kalian berjumpa dengan mereka, perangilah
mereka, karena memerangi mereka menuai pahala di sisi Allah kelak di hari
kiamat “. (HR. Imam Bukhari : 3342)
Dalam
buku ini menguraikan sejarah awal kemunculan sekte takfir (mudah
memvonis kafir), tasyriik (mudah memvonis syirik) dan tabdii’
(mudah memvonis bid’ah) ini agar kaum muslimin lebih mengetahui doktrin-doktrin
menyimpang yang dibangun oleh mereka sehingga harapannya nanti tidak mudah
dipengaruhi oleh manisnya rayuan dakwah mereka dibalik topeng yang
mengatasnamakan tauhid dan shalaf shaleh. Dalam buku ini penulis juga menguak
secara ringkas sejarah kaum Khawarij yang telah diinformasikan oleh Nabi saw.
dalam banyak haditsnya sejak masa Nabi, imam Ali dan generasi-generasi Khawarij
selanjutnya yang mewarisi doktrin takfirnya salah satunya sekte Wahhabi ini
yang sekarang bermetamorfosis menjadi salafi atau salafiyyah yang mengklaim
kelompok merekalah pengikut manhaj salaf shaleh satu-satunya.
Refrensi
sejarah dan ajaran sekte ini, penulis nukil dari kitab-kitab karya ulama mereka
(wahabi) sendiri baik yang sezaman dengan pendiri mereka atau bahkan
karya-karya syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri maupun para ulama setelahnya
agar penjabarannya menjadi terang, adil dan jelas. Baik kitab-kitab sejarahnya,
ideologi, fiqih maupun kumpulan fatwa-fatwa ulama mereka. Dan sebagian juga
kami ambil dari karya tulis para ulama mu’tabar di luar sekte ini sebagai
penyeimbang informasi.
Buku
ini dibagi menjadi enam bab sebagai berikut :
Bab I
menguraikan sejarah ringkas Muhammad bin Abdul Wahhab yang penulis sertakan
scan redaksi dari kitab-kitab sejarah ulama Wahhabi sendiri dan sedikit dari
kitab sejarah ulama Ahlus sunnah selain mereka sebagai penyeimbang informasi.
Pada bab ini, penulis angkat penuturan sejarawan Wahhabi dalam kitab-kitab
sejarah mereka yang berbicara secara tulus dan bangga berkenaan kerancuan
paham, keberingasan dan kekejaman Muhammad bin Abdul Wahhab dan para
pengikutnya yang dianggap sebagai paham Islam yang murni, dan dianggap telah
sesuai dengan Alquran dan manhaj Nubuwwah. Dan setiap selesai penukilan,
penulis tuangkan komentar penulis sebagai penjelas dan klarifikasi pada
persoalan yang terjadi sebenarnya, agar memberikan pemahaman yang jelas dan
sesuai realitanya pada pembaca.
Bab II
menguraikan tentang fitnah tanduk syaitan yang telah diinformasikan oleh Nabi saw.
dalam banyak hadits sahihnya. Dalam bab ini, penulis berusaha menjelaskan
secara detail posisi letak munculnya fitnah dan kegoncangan dahysat tersebut
secara ilmiyyah, sesuai kaidah ilmu hadits dan ushul fiqih, di mana hal ini
juga menjadi konflik dan dilema di dalam memahami makna dan menetapkan
posisinya, penulis sertakan pula komentar para ulama mu’tabar dari
berbagai ahli disiplin ilmu, baik ahli tafsir, hadits, fiqih, nahwu, buldan dan
ilmu geografi.
Penulis
juga memaparkan hadits-hadits sahih yang menerangkan sifat dan ciriciri para pembawa fitnah tanduk
syaitan tersebut disertai komentar para ulama Ahlus sunnah yang mu’tabar yang
juga terkait dengan munculnya kaum Khawarij dan Wahhabi ini. Dalam bab ini
penulis juga menyebutkan beberapa fitnah yang terjadi di Najd sesuai histori
yang ada dalam kesaksian kitab-kitab ulama sejarah.
Bab III
menguraikan sebagian penyimpangan kaum wahabi yang menyebabkan terjadinya
konflik dengan kaum muslimin lainnya dan bantahan atasnya secara ilmiyyah dan
aergumentatif.
Bab IV
menguraikan konsep tauhid wahhabi yang menjadi dasar konflik dengan mayoritas
kaum muslimin. Pembagian tauhid yang mereka ada-adakan menjadi problem yang
merenggangkan keharmonisan di tengah-tengah umat Islam. Sehingga muncullah
pemahaman takfir, tasyrik, tabdi’ dan tadhlil kepada mayoritas
umat Islam dan bahkan kepada para ulama besar Ahlus sunnah wal Jama’ah. Bantahan atas pembagian tauhid yang bathil
ini, juga penulis paparkan secara detail dan argumentatif.
Bab V
menguraikan konsep aqidah tajsim kaum Wahhabi khususnya dari para ulama mereka
belakangan ini yang semakin menyimpang jauh dari sebelumnya. Konsep akidah yang
mensifati Allah dengan sifat-sifat makhluk hingga pada taraf menyerupakan Allah
dengan makhluk-Nya, Naudzu bilahi min dzaalik... Penulis sertakan pula
ucapan-ucapan para ulama besar dari kalangan salaf dan khalaf tentang akidah
yang dibawa oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya.
Bab VI menguraikan
kegoncangan dan kontradiksi yang terjadi di kalangan Wahhabi sendiri dalam
masalah akidah yang membuktikan bahwa akidah mereka bathil dan bukan berasal
dari akidah Rasulullah saw. yang diikuti oleh para sahabat dan mayoritas ulama Ahlus
sunnah wal Jama’ah.
Dikutip
dari Buku Rekam Jejak Radikalisme Salafi-Wahabi: Sejarah, Doktrin, dan Akidah.
Agar
Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring
(offline) pdf Buku Rekam Jejak Radikalisme Salafi-Wahabi: Sejarah, Doktrin, dan
Akidah pada link di bawah ini.
0 komentar:
Posting Komentar