![]() |
Sumber gambar: islam.nu.or.id |
Dalam tradisi
sufi terdapat keyakinan yang begitu populer, bahwa cikal bakal-alam adalah Nur
Muhammad, yang sengaja diciptakan Allah karena dengan penciptaan itu, Allah
akan melihat dan menampakkan kebesaran diri-Nya.
Hal
itu sebagaimana termaktub dalam hadis Qudsi: Kuntu kanzan makhfiyyan fa
ahbabtu an u’rafa fa khalaqtu al-khalqa fabi ‘arafuni—Aku pada mulanya
adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, Kuciptakanlah
makhluk maka melalui Aku mereka kenal Aku
Terlepas dari perdebatan apakah riwayatnya
sahih ataukah lemah, pada umumnya orang sufi menerima hadits tersebut,
namun dengan beberapa penafsiran yang berbeda. Meski demikian, mereka
cenderung sepakat bahwa manusia adalah microcosmos yang memiliki sifat-sifat
yang menyerupai Tuhan dan paling potensial mendekati Tuhan (Bandingkan QS.
41:53).
Menurut Abdul Karim al-Jilli, kata al-khalqa tersebut
adalah makhluk pertama, yaitu Nur Muhamad, sebagai penyebab adanya semesta,
kemudian ruh tersebut terkistral pada diri para nabi, rasul, wali dan
orang-orang shalih, sebagai “cermin” Allah yang diciptakan atas nama-Nya dan
sebagai gambaran atas nama, sifat dan af’al-Nya. (Insan al-Kamil, Juz 2, hal.
58, 74, 78).
Masih menurut al-Jilli, makhluk berikutnya yang
tercipta dari Nur Muhamad adalah Jannah dan Nar (surga-neraka), lalu wujud
ulya, yang terdapat di langit (lauhul mahfud) lalu wujud sufla (yang
terdapat di lapisan bumi). Oleh karena itu Nur Muhammad disebut qutb al-ula
(poros pertama) dari segala yang ada. Baru penjelmaanya yang lahir
ke dunia melalui rahim Sayyidah Aminah, dari ayah bernama Abdullah, kemudian
disebut Aba Qasim, sifatnya ‘Abdullah dan gelarnya Syamsuddin.
(hal. 75)
Untuk itu ada kisah menarik dari Ahmad Syauqi Back,
ketika dia memulai tulisannya dengan. Wulida al-Huda falkainat dliya-Telah
dilahirkan Kekasih, semestapun berpendar cahaya indah . Menurut riwayat, saat
itu Malaikat Jibril ditanyai oleh Nabi Muhammad. “Yaa Jibril berapa usiamu?”
Kemudian Malaikat menjawab “Yaa Rasulullah tentu saja banyak.”
Kemudian Nabi melanjutkan. “Dengan umur sebanyak itu
adakah pengalaman yang paling mengesankan?”
“Wahai kekasih Allah, sungguh setiap 70 ribu tahun
saya melihat Nur Muhammad yang lewat di petala langit, ia berupa cahaya yang
sungguh indah mempesona. Seluruh yang ada di langit selalu sangat rindu untuk
melihat cahaya tersebut, tetapi sayang, cahaya itu hanya datang tiap 70 ribu
tahun sekali. Setelah kami genap melihat cahaya itu hingga sebanyak 70 ribu
kali. Disitulah puncak dari segala keindahan itu terjadi?”
“Kapan itu wahai Jibral?” Tanya Nabi lagi.
“Saat engkau dilahirkan ya Rasul. Lalu Allah berfirman
kepadaku. Yaa Jibril… bawalah seluruh malaikat yang ada di langit, turunlah ke
bumi, ketahuilah KekasihKu Muhammad saw telah siap untuk dilahirkan dan
sekarang tiba saatnya Nabi Akhiruzzaman.
Iklan -
Lanjutkan Membaca Di Bawah Ini
“Ya Jibril… seruhkanlah pada arwah para nabi, rasul,
wali agar berkumpul, berbaris rapi, bahwa sesungguhnya Kakasihku cahaya di atas
cahaya agar disambut dengan gembira…
“Ya Jibril…Perintahkan kepada Malaikat Malik agar
menutup pintu neraka, dan perintahkan kepada Malaikat Ridwan untuk membuka
pintu-pintu surga, dan perintahkan agar semua bidadari bersolek, memakai
wangi-wangian dan mahkotanya untuk turun kebumi menyambutnya dengan gembira.
Lalu saya melihat semua bidadari itu membawa kayu gahru yang wangi dan memenuhi
semesta. Semua berdzikir dan bershalawat, pohon-pohon, rumput, air dan burung-burung…”
Kata Muhammad dalam al-Quran disebut empat kali.
Sedangkan kata Ahmad hanya sekali. Hanya terdapat pada QS. Ash-Shaf: 6. Menurut
sebagian ulama, sebutan Muhammad empat kali, bisa saja nama ini disandingkan
dengan empat Nabi yang ‘ulul azmi (Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa). Sebab
akhlak terpujinya hampir menyamai Nabi. Sementara kata Mahmud dan Hamid bisa
disandingkan untuk semua nabi dan wali.
Tetapi tidak untuk Ahmad. Kata ini adalah khusus untuk
Kanjeng Nabi Muhammad yang sesungguhnya. Dalam doktrin Ibnu Arabi. Nur Muhammad
disebut juga Ahmad, adalah makluk pertama yang diciptakan Allah, sekaligus
sebagai pemelihara dan pelestari alam. (Ibnu Arabi, Futuhat Makkiyah; vol 02;
331).
Hubungan antara Allah dan Nur Muhammad, menurut Imam
Ghazali seperti hubungan antara hakikat cahaya yang tak dapat diraba oleh
matahari, atau unsur api dengan panasnya dan membuat kayu menjadi arang.
Karenanya Nabi Muhammad disebut juga cahaya dari cahaya Allah. Atau cahaya di
atas cahaya. Yang kedua, tetapi tak terpisahkan dari yang asal. (Mystical
Dimension; 282).
Karena itu jangan heran jika dalam jasad Nabi tidak
pernah tembus oleh cahaya bernama siluet atau bayangan, sebab sejatinya Nabi
itu adalah cahaya itu sendiri. Juga jangan heran, semua Nabi pernah bershalawat
kepada Nabi Muhammad. Bahkan jauh hari sebelum ia dilahirkan ke bumi
sebagaimana yang diabadikan dalam al-Qur’an. Allahumma Shali Ala Sayyidina
Muhammad.
Sumber: alif.id
0 komentar:
Posting Komentar