![]() |
Sumber gambar: tongkronganislami.net |
Pertama,
berdamailah dengan masa lalu. Mungkin kita pernah kecewa dengan berbagai
peristiwa di masa lalu yang menyesakkan dada, namun hanya dengan berdamai pada
masa lalu, kita bisa menatap masa depan. Memaafkan yang sudah berlalu,
mensyukuri yang kita jalani hari ini, dan berdoa penuh harap untuk masa depan
yang lebih baik.
Kedua,
hidup kita akan merana kalau kita terlalu fokus pada komentar orang. Selalu ada
cacat, cela atau kesalahan kita di mata orang lain. Kita tidak sempurna. Tapi
mereka yang komen macam-macam itu juga tidak sempurna kan? Kita tidak bisa
mengontrol apa komentar orang lain, yang bisa kita kontrol adalah respons kita
terhadap komentar mereka. Mari kita jaga kontrol diri dan tetaplah fokus pada
tujuan hidup kita: li i’lai kalimatillah.
Ketiga,
banyak persoalan yang hanya bisa selesai seiring dengan berjalannya waktu.
Rasulullah diberi wahyu dan butuh 23 tahun untuk berdakwah, itu pun diselingi
hijrah. Kita gak punya wahyu, dan kita tidak berani hijrah, terus mau
menyelesaikan semua persoalan dalam semalam? Waktu jua yang akan menyembuhkan
luka. Percayalah.
Keempat,
hidup ini adalah pilihan. Kita mau bahagia atau tidak, kita lah yang akan
menentukannya. Kalau kita tidak bisa menyelesaikan masalah, maka ubahlah cara
pandang kita terhadap masalah itu. Tidak usah dilawan, tapi dijalani dan
mengalir saja … di situ kita akan temukan kebahagiaan. Bahagia bukan tanpa
masalah, tapi bahagia bersama masalah.
Kelima,
penyakit yang paling parah adalah kalau kita sudah iri hati dengan hidup orang
lain. Dan itu dimulai dengan membandingkan rumput kita dengan rumput orang lain
yang seolah lebih hijau. Iblis dilaknat karena sebab membandingkan dirinya
dengan Nabi Adam. Berhentilah membanding-bandingkan. Setelah membuat
perbandingan biasanya kita akan men-judge hidup orang lain. Semua orang punya
medan pertarungannya masing-masing.
Everyone has their own struggle that you know nothing
about. Respect. Always.
Berhenti membandingkan hidup Anda dengan yang lain, dan berhentilah menghakimi
hidup orang lain. Fokus saja pada hidup Anda yang sebenarnya sangat indah itu.
Keenam,
berhentilah berpikir terlalu banyak. Satu-satu saja yang dihadapi, jangan
semuanya mau diselesaikan dan dipikirkan jawabannya saat ini. Terlalu banyak
berpikir, hati kita akan tumpul untuk ikut terlibat dalam menemukan solusi.
Dalam hidup ini tidak mengapa kalau kita tidak tahu semua jawaban. Pada saatnya
kelak akan terurai semuanya. Kontrol pikiran kita. Buat skala prioritas. Dan
jangan khawatir, teruslah berjalan meski hanya dalam angan.
Ketujuh,
tersenyumlah. Mulailah hari-hari dengan optimis. Kalau hidup memberi Anda
dua-tiga masalah, Anda masih bisa menemukan seribu macam alasan untuk tetap
tersenyum.
Lihatlah cerahnya mentari, lihatlah senyum anak-anak kita, lihatlah kita yang masih bisa bernapas, dan seterusnya. Ketika agama mengajarkan bahwa tersenyum itu termasuk ibadah, ini karena banyak orang yang sudah sulit tersenyum, entah karena merasa dunia sudah rusak atau karena merasa dirinya yang rusak. Perbaiki kerusakan dunia dan kerusakan hati kita dengan tersenyum, saat ini juga.
Maaf
yah, ini gak ada ayat dan hadisnya: bukankah hidup tidak cuma soal dalil? Maaf
lagi, ini juga gak ada daftar referensinya: bukankah hidup tidak bisa diukur
oleh daftar pustaka?
Dikutip
dari nadirhosen.net
0 komentar:
Posting Komentar