![]() |
Sumber gambar: islamaktual.net |
MENARA DAN MERCU
Pada 21 Maret 630, Kaisar Byzantium
Heraklius memimpin pasukannya memasuki Yerusalem melalui Gerbang Emas untuk
mendirikan Salib Sejati1 Kristus, yang baru saja direbutnya kembali dari bangsa
Persia dalam salah satu perang besarnya dengan Persia. Dengan pakaian
sederhana, dia turun dari kuda tak jauh dari Gereja Makam Suci,2 dan
melanjutkan sisa perjalanannya dengan berjalan kaki. Ribuan orang Kristen yang
menangis penuh kebahagian, membuka jalan di depannya, dan karpet yang dibubuhi
ramuan wewangian digelar di sepanjang jalannya. “Sebuah kegembiraan yang tak
terlukiskan,” tulis seorang penyair Byzantium, “memenuhi seluruh semesta.” Ini
adalah “sebuah peristiwa kemenangan bagi seluruh dunia Kristen,” dan hingga
hari ini masih ditandai dalam kalender Gereja sebagai “Pesta Salib Suci”.
Namun, bahkan ketika peristiwa ini tengah berlangsung, dalam salah satu
kebetulan yang paling ganjil dalam sejarah, terdengar kabar bahwa pos terluar
kekaisaran di seberang Sungai Yordan baru saja diserang oleh sekelompok kecil
pasukan Arab. Sang kaisar tidak terlalu memedulikannya. Namun, hanya dalam
beberapa tahun, Palestina dan banyak provinsi lainnya akan dipisahkan selamanya
dari kekuasaan Romawi, Kekaisaran Persia diluluhlantakkan, dan sebuah agama dan
bangsa baru akan bangkit mengendalikan panggung dunia. Pada 636, hanya enam
tahun setelah Heraklius menyepelekan serangan pertama bangsa Arab itu,
pasukannya sendiri yang berjumlah besar akan digilas oleh tentara Umar,
khalifah kedua Nabi, di tepi Sungai Yarmuk di Syria. Bahkan sejak hari itu,
pasukan dari Timur Tengah dan Timur Dekat selalu memiliki “pandangan
merendahkan yang dalam dan senyap” terhadap derap bala tentara Kristen.
KEBANGKITAN ISLAM KERAP DIGAMBARKAN
TERJADI DALAM sebuah
masyarakat primitif Arab penghuni padang pasir, yang menggembalakan ternak
mereka jika tidak sedang menyergap kafilah atau terlibat dalam perseteruan
antarsuku. Setelah mereka memeluk Islam, suku-suku ini disatukan dan, setelah
Nabi mereka wafat (begitulah kisahnya), melipat tenda mereka dan bergerombol
keluar dari padang pasir untuk menyebarkan ajaran barunya ke seluruh dunia.
Hampir dalam satu malam, mereka mulai menunjukkan tingkat kebudayaan yang luar
biasa dan menjadi mesin militer yang tak terkalahkan. Gambaran ganjil itu, yang
masih populer di Barat, terlalu menyedihkan sekaligus dilebih-lebihkan pada
saat yang sama. Islam lahir dari wilayah di mana berbagai peradaban maju—Mesir,
Babilonia, Persia, dan Byzantium—telah tumbuh subur sejak zaman kuno. Arabia
ada di kawasan pinggiran mereka, namun secara bergiliran atau bersama-sama
semua kebudayaan itu telah mengairi tanah mentalnya. Lembaran-lembaran tanah
beraksara paku mencatat bala tentara Arab lengkap dengan infanteri, kavaleri,
dan kereta perang di masa seawal 853 SM. Dan tradisi lisan puisi Arab
gilanggemilang dengan syair-syair kepahlawanan yang mengisahkan berbagai
peperangan besar, impian cinta, dan oase surgawi. Berbagai kekaisaran jatuh dan
bangun, dan pada abad ke-7 M, bala tentara Arab yang besar itu dan
kerajaan-kerajaan yang mereka layani telah lama sirna. Namun kawasan ini tetap
dalam transisi yang dinamis, di mana berbagai aliran agama dan kebudayaan yang
penuh semangat saling bertemu.
Nabi Muhammad muncul dari tanah ini
Dilahirkan sekitar 570 M di Mekkah,
di Arabia, di pesisir Laut Merah, Muhammad adalah putra seorang saudagar dan
tergolong dalam suku elite Arab, Quraisy. Menjadi yatim saat masih sangat
kecil, dia dibesarkan oleh sanak keluarganya, menikahi seorang janda saudagar
kaya (yang jauh lebih tua dari dirinya), memiliki empat putri dan dua putra,
dan, mengikuti jejak ayahnya, memulai karier perdagangan.
Meskipun memiliki minat duniawi, dia
adalah seorang yang religius, menghabiskan bermalam-malam merenung di Gua Hira
dekat Mekkah, dan di sanalah pada suatu hari pada 620, demikian dikisahkan, malaikat
Jibril menampakkan diri padanya dan mendesaknya untuk berdakwah kepada bangsa
Arab atas nama satu Tuhan yang sebenarnya. Seperti nabi-nabi Arab yang lain,
dia bicara dengan prosa ritmis, namun wahyu yang dibawanya khas monoteistik,
yang membuatnya berbeda.
Kebanyakan orang Arab menyembah
kekuatan-kekuatan alam dan di Mekkah pemujaan berhala berkisar di seputar
sebuah meteor. Inilah Batu Hitam (Hajar Aswad) yang terkenal, yang
dilekatkan pada sebuah bangunan suci berbentuk kubus yang disebut Ka’bah. Muhammad
mengecam keras pemujaan berhala politeistik (Ka’bah memuat setidaknya 150
berhala) dan berbagai praktik yang sangat barbar seperti mengubur anak
perempuan hidup-hidup. Walaupun dia tidak memiliki pengetahuan langsung
mengenai kitab suci Yahudi ataupun Kristen, yang saat itu belum diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab (satu-satunya bahasa yang dia kenal), dia mengalami banyak
pertemuan dengan orang Yahudi dan Kristen, baik dalam perjalanan kafilahnya
maupun di Mekkah; dan pemahaman keagamaannya dipengaruhi secara mendalam oleh
gagasan yang dia peroleh dari dua agama ini. Pemahamannya terhadap ajaran dan
tradisi keduanya, betapapun tidak jelas, adalah sungguh-sungguh dan dia
menganggap dirinya sebagai pembaharu agama yang diberi amanat oleh Tuhan untuk
memulihkan peribadatan kuno Ibrahim, yang diyakininya telah dikhianati oleh
orang Yahudi dan Kristen.
Muhammad, sebenarnya, tidak pernah
mengklaim sebagai pendiri sebuah agama baru, namun hanyalah orang yang memiliki
tugas suci, meski tak dikehendaki, untuk mengingatkan sesama manusia akan
datangnya Hari Penghakiman. Dia menganggap dirinya nabi terakhir, segel dan
batu landasan dari para nabi yang telah datang sebelumnya. Tapi kaum elite
Mekkah tidak menyukai serangannya pada keyakinan mereka dan ancaman tersirat
yang ditimbulkan terhadap keuntungan yang mereka terima dari ziarah tahunan
(atau Hajj) yang dilakukan bangsa Arab ke Ka’bah. Ajarannya semula juga membangkitkan
permusuhan dan ejekan, dari masyarakat secara umum, yang memaksanya
meninggalkan Mekkah pada 622 ke kota Madinah di utara. Ini kemudian dikenal
sebagai tahun Hijrah, atau Perpindahan. Dalam kalender umat Muslim, peristiwa
ini menandai tahun Satu. Semuanya dalam kalender Muslim berawal dari saat itu,
seperti halnya umat Kristen menanggali kalender mereka (mundur dan maju) dari
titik yang dianggap waktu kelahiran Kristus.
Di Mekkah, Muhammad adalah pendakwah
yang disengiti dengan jemaah berjumlah kecil; di Madinah, dia menjadi pemimpin
pihak yang kuat, yang menjadi dasar bagi kebangkitannya. Dia mulai bertindak
sebagai pemberi hukum bagi komunitas kecil kaum pengungsi, menarik beberapa
pemeluk baru, mengusir atau membunuh mereka yang mencercanya, dan mendirikan
sebuah negarakota teokratik. Antara 622-628 berbagai bentrokan terjadi antara
para pengikutnya dan orang-orang Mekkah, namun pada 630 dia berada di atas
angin. Mekkah direbut, dan bangsa Arab hingga sejauh Bahrain, Oman, dan wilayah
Arabia selatan bergabung dalam pasukannya. Meski suku-suku Arab sejak lama
merupakan pasukan yang mudah bergejolak di kawasan ini, Muhammad berhasil
menempa mereka menjadi sebuah konfederasi tunggal dan membujuk mereka untuk
mengesampingkan kecemburuan dan perseteruan mereka.
Ikatan kesatuan mereka bukan hanya
karisma Muhammad, tapi Islam, agama baru mereka. “Islam” berarti “menyerah”
atau “patuh pada kehendak Tuhan”. Karena itu, orang yang memeluk Islam adalah
seorang “Muslim”, berarti “orang yang menyerahkan diri”. Kredo sederhana Islam
adalah “Tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah Nabi-Nya.” Esensi ajarannya
adalah keimanan pada Tuhan (“Allah” dalam bahasa Arab) dan para Malaikat-Nya;
pada Kitab Suci atau al-Quran (berarti “bacaan”) yang diwahyukan melalui
Muhammad pada umat manusia; dan pada Kebangkitan dan Penghakiman terakhir
manusia menurut perbuatannya di bumi. Yang juga sama sederhana dan jelasnya
adalah kewajiban yang dibebankan pada mereka yang beriman. Kewajibankewajiban
itu terdiri atas membayar zakat; shalat lima kali sehari—saat fajar, siang,
sore, terbenamnya matahari, dan petang—menghadap Mekkah; melaksanakan puasa
selama bulan Ramadhan, bulan kesembilan dalam tahun Islam; dan haji, atau
ziarah ke Mekkah, yang diambil alih Islam dari penyembah berhala di masa lalu.
Umat Muslim berpantang makan babi dan minum anggur; memandang pernikahan
sebagai sebuah upacara sipil; dan menguburkan mereka yang meninggal. Umat
Muslim ortodoks tidak mengizinkan penggambaran apa pun yang bersifat ilahiah,
dan dalam bentuk-bentuk peribadatan mereka tidak ada pendeta atau rohaniwan
yang menjadi perantara antara ruh dan Tuhan. Masjid, tempat orang-orang yang
taat berkumpul untuk melakukan ibadah publik setiap Jumat, merupakan sebuah
lapangan terbuka yang dikelilingi oleh barisan tiang penyangga atap dan
merupakan sebuah tempat penyimpanan tanpa hiasan teks al-Quran. Masjid memiliki
sebuah mihrab atau ceruk yang menunjukkan arah Mekkah, sebuah mimbar, dan
sebuah menara tempat muazin (begitu dia disebut) mengumandangkan panggilan
untuk shalat.
Meskipun Muhammad, seperti Kristus,
tidak pernah menulis apa pun, akhirnya catatan-catatan ajarannya yang tersebar
disatukan secara anumerta dan dibandingkan dengan hafalan lisan. Dengan proses
penyuntingan yang panjang (tidak berbeda dengan yang dialami pembuatan
Perjanjian Baru), muncullah sebuah al-Quran versi kanonik. Teks suci ini segera
dilengkapi dengan sejumlah sangat besar kumpulan pernyataan dan tindakan
Muhammad, yang dikenal sebagai Sunah atau Hadis. Hadis, baik yang asli maupun
palsu, berperan sebagai Talmud bagi umat Muslim dan “memberi komunitas ini
berbagai ajaran dan teladan apostolik yang mencakup detail terkecil dari
perilaku yang layak bagi seseorang dalam hidup.” Hadis juga menyediakan
khazanah ensiklopedis berisi anekdot, perumpamaan, dan pepatah yang merupakan
bahan pendidikan bagi umat Muslim.
Muhammad wafat pada 632 ketika
kembali dari ziarah ke Mekkah dan semula kepemimpinan diwariskan melalui
pemilihan pada serangkaian khalifah, atau “pengganti”— Abu Bakar, Umar, Utsman,
dan Ali—yang mewarisi mahkota duniawinya namun bukan mahkota teokratiknya.
Keempat khalifah pertama tersebut, yang memerintah tanpa mendirikan dinasti, kadang
dikenal sebagai para khalifah ortodoks, dan di bawah kepemimpinan merekalah—dan
jenderal mereka yang tak terkalahkan, Khalid bin Walid (“si pedang
Islam”)—berbagai penaklukan awal dilakukan.
- To Be Continued
Saksikan kisah selanjutnya dengan mendownload
versi luring/ offline pada link pdf di bawah ini
0 komentar:
Posting Komentar