![]() |
Sumber gambar: malangtimes.com |
Akhir-akhir
ini perhatian para ahli terhadap berbagai fenomena yang berkaitan dengan agama
meningkat drastis. Peningkatan tersebut dipicu oleh berbagai peristiwa yang
mengguncang dan menguras emosi global seperti peristiwa memilukan 11 September
2001 atau yang lebih dikenal sebagai “black September” saat menara kembar WTC
di New York dan gedung Pentagon di Washington diserang kelompok yang diidentifi
kasikan sebagai teroris. Peristiwa tersebut menimbulkan banyak korban tewas dan
luka-luka serta trauma yang mendalam. Perspektif Barat menganggap bahwa
peristiwa tersebut ada kaitannya dengan peran Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden
yang selama ini dipercayai menjadi otak sejumlah aksi terorisme di berbagai
negara.
Sejak
peristiwa itu, tak pelak lagi sejumlah ahli dari berbagai disiplin ilmu
mengkaji agama dari berbagai sudut pandang dalam rangka menjelaskan berbagai
fenomena yang berkaitan dengan agama. Agama tidak lagi dipandang sebelah mata
atau sebagai objek yang “tidak tersentuh” karena berkaitan dengan keilahian
atau juga agama hanya dipandang sebagai urusan privat. Meningkatnya perhatian
para ahli terhadap berbagai fenomena secara tidak langsung merupakan kritik
terhadap teori sekulerisasi yang memandang bahwa peran agama semakin pudar
seiring dengan kemajuan peradaban manusia.
Dalam
sosiologi, kajian agama mengalami pasang surut. Kajian terhadap agama dapat
diidentikkan dengan kajian sosiologi pada umumnya. Hal ini disebabkan para founding fathers sosiologi
melakukan kajian dan merumuskan teori dengan menekankan pentingnya variabel
agama. Auguste Comte dan “trinitas” sosiologi, yakni Emile Durkheim, Max Weber,
dan Karl Marx memperhitungkan agama dalam rumusan teorinya. Durkheim bahkan
mengawali kariernya dengan melakukan studi mendalam selama 15 tahun di
Australia dan menghasilkan karya monumentalnya, yakni The Elementary Forms
of the Religious Life. Kajian sosiologis terhadap agama mengalami penurunan
sejak berakhirnya PD II dan mengalami peningkatan lagi pada beberapa dekade
terakhir.
Kajian
sosiologi agama di Indonesia sendiri dapat dikatakan sangat kurang. Kajian-kajian
mendalam terhadap fenomena agama selain minim, justru lebih banyak dilakukan
oleh ahli asing. Buku-buku referensi sosiologi agama juga sangat kurang. Buku
Sosiologi Agama ini didedikasikan untuk mengisi kekurangan tersebut. Buku ini
merangkum ruang lingkup pembahasan sosiologi agama dengan menyajikan berbagai
studi sosiologis terhadap fenomena agama yang terbagi dalam beberapa bidang
kajian.
Buku ini
juga menyajikan berbagai teori yang berkembang dalam sosiologi agama. Sumber
referensi yang diambil berasal dari buku-buku referensi terpilih dan berbagai
jurnal ilmiah berskala internasional. Metode ini ditujukan sebagai stimulan
bagi peminat agama untuk melakukan studi agama lebih lanjut guna menghasilkan
jawaban yang lebih memuaskan terhadap berbagai
fenomena agama baik pada skala lokal, nasional, maupun internasional.
Buku ini
diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi para mahasiswa, peneliti, ahli,
dan peminat persoalan agama. Berbeda dengan buku sosiologi agama yang lain,
buku ini lebih banyak menyajikan banyak hasil studi di berbagai belahan dunia
dengan tujuan menjadi inspirasi bagi peneliti dalam negeri untuk melakukan
pengembangan studi di tanah air
Sumber: Kata
Pengantar buku Sosiologi Agama
Untuk mengulas
lebih dalam, pembaca bisa mengakses versi luring/ offline pada link pdf
buku Sosiologi Agama di bawah ini
0 komentar:
Posting Komentar