![]() |
Sumber gambar: gulalives.co |
Satu pertanyaan pembuka. Tolong baca
baik-baik ya. Sebetulnya, kita hidup di dunia itu merupakan ujian atau
anugerah? Ada yang bilang kalau hidup adalah anugerah, tetapi mengapa kok ada
saja masalah dan ketidakpastian?
Tuhan menurunkan masalah dan
ketidakpastian hanya sebagai alat untuk mengetahui, mana hamba-Nya yang mau
berusaha dan patut diberi “lebih” oleh-Nya dan mana yang hanya pantas diberi
“seadanya”. Diberi lebih itu maksudnya diberi rezeki yang lebih banyak dari yang
lain, pahala yang lebih besar, dan sebagainya. Jadi sebetulnya, hidup adalah
anugerah, dan ujian hanya sebagai alat uji kemampuan selama kita hidup di
dunia.
Masalah dan ketidakpastian dalam
hidup lah yang memunculkan ketakutan sekaligus harapan. Bayangkan, rasa takut
akan kelaparan mendorong kita harus bekerja mencari makan. Dengan
ketidakpastian masa depan, kita harus merencanakan hidup dengan penuh
perhitungan agar kelak tidak menderita. Jadi ketidakpastian itu ada manfaatnya
juga.
Setiap manusia pasti akan selalu
menghadapi ketidakpastian. Suatu kondisi di mana kita mengalami kekacauan dalam
diri karena ketakutan yang berlebih akan semua hal yang kita hadapi di
kehidupan ini. Apalagi kalau sudah menyangkut masalah masa depan dan
kesuksesan, bermimpi yang tinggi saja tidak berani. Sebetulnya, kegalauan (yang
belum tentu terjadi) itu bisa diatasi. Namun, masalahnya, berani nggak untuk
bergerak dan mengatasi? Hanya diri kita masing-masing yang bisa menjawabnya.
Bicara soal galau, mulai dari tulisan
ini hingga akhir halaman buku ini, kita akan membahas galau tentang kesuksesan
dan masa depan. Karena semua orang yang sedang berproses dan berjalan menuju
kesuksesan pasti akan merasakan kegalauan, walau hanya sekali dalam hidupnya.
Bagaimana tidak? Lha wong, menuju sukses itu ibaratnya seperti kita masuk ke
dalam goa atau lorong gelap, yang kita sendiri tidak tahu kapan ujungnya dan
kapan “titik terang” cahaya di ujung akan mulai muncul. Dan, kebanyakan dari
diri kita tidak tahu, bagaimana cara agar tetap terus kuat bergerak dan
berproses melewati “lorong gelap” yang panjang ini, hingga keluar dan menemukan
cahaya kesuksesan.
Kita tidak akan pernah tahu, akan
bertemu apa kita di lorong gelap itu. Kita tidak akan pernah tahu seperti apa
wujud kesuksesan itu. Semuanya akan kita ketahui jika kita mau melangkah dan
bergerak menuju goal yang ingin kita capai. Sampai pada akhirnya, kita bisa
bicara ‘Ooooh, begini to kesuksesan itu, aku nggak bakal pernah tahu, kalau
dulu aku nggak pernah melangkah dan bergerak.’
Seperti yang sudah dijelaskan di
atas, kebanyakan dari kita, kalau galau dan takut, bukannya mengatasi kegalauan
dan ketakutannya, eh malah diam. Stuck di suatu tempat. Kita sebagai manusia,
kebanyakan mempunyai sifat dasar yang sama, yaitu mencintai rasa aman. Nah,
rasa aman itulah yang membuat kita tetap diam dan nggak bergerak melawan
kegalauan dan ketidakpastian. Padahal, kalau kita diam malah akan semakin
memperparah rasa galau kita. Makin banyak diam, makin sering mikir, malah makin galau. Kalau kata zaman sekarang,
kita harus move on biar nggak galau.
Sebetulnya banyak sekali hal yang
bisa kita pelajari sebagai alat untuk menuju tujuan yang kita inginkan dari
hal-hal yang ada di sekitar kita. Namun masalahnya adalah, bisakah kita
berpikir jernih dan berpikir dengan sudut pandang lain untuk menemukannya?
Karena, untuk menemukan hal-hal yang tidak ditemukan oleh orang lain sebagai
pembelajaran diri kita, kita harus bisa memandang segala hal dengan sudut
pandang yang berbeda.
Memandang dengan sudut pandang
berbeda itu nggak ribet, cukup dengan pikiran yang jernih, mau berpikir dan
menghubungkan hal-hal sekitar dengan kehidupan. Bahkan, sebetulnya hal yang
rumit sekalipun, seperti pelajaran isika ketika SMA, ternyata mempunyai ilosoi
yang sangat dalam tentang kehidupan untuk mencapai kesuksesan. Itu kalau kita
mau memikirkannya. Karena banyak juga orang yang boro-boro mencari korelasi
antara pelajaran isika dan kehidupan untuk mencapai kesuksesan, lha wong mikir
saja malas.
“Tuhan sebetulnya sudah menurunkan
banyak “mentor” untuk membimbing kita untuk mendapatkan tujuan yang kita
inginkan di masa depan. Bentuknya banyak sekali, dan ada di sekitar kita. Namun
sekali lagi, itu hanya untuk orang yang mau memikirkannya saja dan memandang
dengan sudut pandang yang berbeda.”
Coba lihat Albert Einstein.
Bertahun-tahun ia melakukan penelitian pada ilmu isika, dan berkali-kali gagal.
Kalau ia tidak bisa melihat dengan sudut pandang yang berbeda pada setiap
kegagalan yang ia dapat, ia tidak akan bisa merumuskan Hukum Kekekalan Energi
yang sekarang bisa kita pelajari. Sama halnya dengan kesuksesan. Kalau kita
tidak bisa melihat setiap hal dengan sudut pandang yang berbeda, tiap kali kita
menemukan hambatan dalam proses menuju tujuan, kita tidak akan bisa terus
bergerak. Seperti yang dikatakan Einstein “
“Adalah suatu kegilaan, jika kita
tetap melakukan hal yang sama, namun mengharapkan hasil yang berbeda”.
Kalau dalam proses menuju sukses,
kita menemui hambatan, lalu kita berusaha menyingkirkan hambatan namun tidak
berhasil, kita harus mencobanya lagi, dengan catatan dengan cara yang baru.
Nah, itulah gunanya memiliki kemampuan untuk melihat segala hal dengan sudut
pandang yang berbeda.
Sumber: Kata Pengantar Buku Apa
Yang Dilakukan Einstein Saat Galau
Pembaca dapat mengakses Buku Apa Yang Dilakukan Einstein Saat Galau pada link pdf di bawah ini
0 komentar:
Posting Komentar