![]() |
Sumber gambar: suarapalu.com |
Hampir semua kamus mengatakan, kata
“ramadhan“ berarti “sangat panas (syadîdul harr)“. Ia diambil dari kata
“ar-ramadh” (الرمض) atau “ar-ramdhâ`” (الرمضاء). Dinamakan demikian, karena pada waktu
penetapannya dahulu, keadaan sedang sangat panas (Ibnu Manzhur, “Lisânul
‘Arab“).
Namun, ada pengertian lain yang juga
disampaikan para ulama bahasa. Kata “ramadhan“ juga berarti “hujan“ (al-mathar).
Dalam “Lisânul ‘Arab“, Ibnu Manzhur misalnya mengatakan:
والرمض: المطر يأتي قبل الخريف فيجد الأرض حارة محترقة
“Kata
‘ar-ramadh‘ berarti hujan yang turun menjelang musim gugur yang pada saat itu
tanah dalam keadaan sangat panas membakar.”
Ini mengisyaratkan bahwa sebelum
al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan, keadaan jagat raya, khususnya bumi,
sangat panas dan gersang. Kemudian Allah menurunkan al-Qur’an pada bulan
Ramadhan ini, layaknya air hujan yang menyirami tanah gersang sehingga tanah
itupun menjadi subur dan menumbuhkan tanam-tanaman juga pepohonan yang rindang,
segar dan nyaman. Bumi yang tadinya panas gersang, berubah total menjadi subur,
hijau dan menyegarkan.
Itulah al-Qur’an, ia adalah hujannya
kehidupan (matharul hayâh). Ia adalah hujannya hati yang galau (matharul
qulûb). Ia adalah penyejuk jiwa yang gersang.
Karena itu, mereka yang hatinya keras
dan gersang, suburkan dengan al-Qur’an. Mereka yang hatinya galau, siram dengan
al-Qur’an. Mereka yang hatinya kosong, tanami dengan al-Qur’an. Bahkan, mereka
yang hidupnya tidak menentu arah dan tujuan, arahkan dan mantapkan dengan
al-Qur’an.
Karena itu juga, dengan adanya bulan
Ramadhan yang merupakan bulan al-Qur’an, Allah hendak ‘menyiram’ hati dan
kehidupan hamba-hambaNya sehingga subur, segar, dan menumbuhkan amal-amal saleh
dan ketakwaan (la’allakum tattaqûn).
[Sumber: Aep Saepulloh Darusmanwiati,
penulis “Rampai Nasihat Ulama Salaf“ (Qaf, 2019)]
Berikut kami lampirkan link Jurnal
ramadhan pdf di bawah ini
0 komentar:
Posting Komentar