![]() |
Sumber gambar: indonesia2045.0rg |
Multikulturalisme, sebagai sebuah
diskursus, memang merupakan produk kajian ilmuan Barat, akan
realitas-eksistensial kebudayaan mereka yang homogen. Namun, ke-khas-an kajian
mereka tidak menyentuh aspek-aspek teologis, kala tidak mau disebut Agama.
Multikulturalisme hadir ke Indonesia dengan wajah yang berbeda. Ada banyak
perspektif, yang kemudian, meng-amalgamasikan kepentingan faham keagamaan,
dengan sumber kebudayaan yang dikaji di Barat melalui cultural studies-nya.
Kendati demikian, masyarakat Indonesia tidak bisa dilepaskan dari homogenitas,
pluralitas, dan multi-kebuayaan. Oleh sebab itulah, para pendiri bangsa
memiliki slogan Bhinnika Tuggal Ika, dari hal yang berbeda-beda, namun memiliki
satu tujuan yang sama. Slogan ini, terkadang, tidak disadari oleh seluruh
masyarakat Indonesia. Untuk itulah, HAR Tilaar menawarkan sebuah konsep
pendidikan yang dibasiskan kepada pengenalan dan pemahaman akan perbedaan
kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Ada banyak tawaran penting yang bisa dikaji.
Selain mengkaji pemikiran HAR Tilaar. Tulisan ini juga akan berusaha
mengkaitkan gagasan Tilaar ini dengan fenomena konfliktual yang ada di
Indonesia, khususnya, berbasis agama. Melalui pendidikan multikultural,
diharapkan, seluruh pemeluk agama menyadari akan kutukan perbedaan yang
diciptakan oleh Tuhan.
Berikut kami sertakan link jurnal
terkait Pendidikan Islam berbasis Multikultural
0 komentar:
Posting Komentar