![]() |
Sumber gambar: stylo.grid.id |
Puncak
dari kemarahan seorang perempuan ialah diam, sebab ia sudah merasa suaranya
tidak lagi didengar sehingga lebih baik bungkam dan melakukan pembiaraan.
Lebih
menyakitkan didiamkan oleh perempuan yang kita cintai daripada dicereweti,
sebab saat perempuan masih cerewet itu pertanda masih peduli untuk menjadikan
kita lebih baik lagi dalam membijaksanakan penghidupan.
Peremppuan
tidak mungkin cerewet jika kita mampu mencukupi kebutuhan lahir batinnya, jadi
serupa rambu-rambu lalu lintas, saat perempuan cerewet maka itu sudah lampu
kuning agar kita segera berlalu dari jebakan lampu merah kemalasan, menuju
lampu hijau untuk menjalani kesuksesan.
Jangan
menafsirkan keluhan perempuan sebagai beban untukmu, justru anugreah terbaik
yang diberikan Allah sebagai upaya penyadaran hakikatnya lelaki itu imam rumah
tangga yang mestinya setingkat lebih tinggi dalam hal kemantapan pola pikir dan
kesabaran.
Berbahagialah
sebab perempuan di sampingmu masih menyediakan suaranya untuk menegurmu ketika
ada kekurangan, bukankah itu juga yang dirimu inginkan saat memilihnya menjadi
pendamping hidupmu yakni saling menyempurnakan.
Percayalah,
perempuan itu menginginkan lelakinya terus berkembang dalam segala hal, sebab
ia tak mau melampaui imam rumah tangganya sehingga saaat melihat ada kekurangan
dalam diri seorang lelaki, perempuian itu merasa perlu untuk mengambil
kebijakan dalam mengingatkan sebelum lelakinya mengalami kegagalan.
Dari
itu kepada kaum lelaki, mari berpikir dewasa bahwa bukan hanya kita yang
bertanggungjawab untuk mengarahkan perempuan menjadi lebih baik, tetapi juga
perempuan juga meiliki hak untuk menyemangati dengan caranya sendiri dan tak
jarang melalui kecerewetan, sehingga lelaki merasa tertampar harga dirinya
untuk kemudian lebih fokus menata masa depan.